Gelar PENAS Petani Nelayan XVI, Kementan Dorong PEDA Aceh

PEDA Aceh
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi pada saat menghadiri PEDA Aceh, Kamis (11/5/2023) di Halaman Unit Diklat Pertanian dan Perkebunan Saree. (Sumber: Humas Kementan)

JAKARTA – Dalam rangka mendukung pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XVI Padang, beberapa daerah di Indonesia melaksanakan Pekan Daerah (PEDA) KTNA. Diantaranya dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh pada (11 s.2 13 Mei 2023) dan dihadiri sebanyak 400 petani dan nelayan dari seluruh Aceh. PEDA Aceh menjadi forum pertemuan petani dan nelayan untuk saling bertukar informasi dengan pengusaha dan pemerintah daerah yang bertujuan bertujuan meningkatkan kualitas SDM dan kemandirian petani nelayan.

Melalui kegiatan PEDA Aceh diharapkan dapat memacu inovasi dan transformasi kerja para petani dan nelayan di Aceh menjadi lebih baik. Sehingga sektor pertanian dan kelautan juga menjadi bidang usaha maupun ekonomi andalan provinsi Aceh. Selain itu penggunaan teknologi untuk kegiatan pertanian menjadi sebuah keniscayaan di era sekarang.

Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen mensukseskan pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XVI Tahun 2023 Padang, Sumatera Barat. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta agar seluruh jajarannya bersama KTNA Nasional dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk saling bahu membahu mensukseskan PENAS XVI.

Mentan Syahrul mengatakan suksesnya pelaksanaan PENAS Petani Nelayan XVI adalah terjadinya transaksi atau perjanjian sebanyak-banyaknya. Harus ada terobosan-terobosan untuk menghasilkan transaksi yang signifikan karena suksesnya PENAS Petani Nelayan XVI adalah sukses kita bersama.

“PENAS Petani Nelayan XVI harus beda dengan PENAS Petani Nelayan sebelumnya. PENAS Petani Nelayan XVI harus naik kelas dan bertemakan teknologi pertanian yang modern”, ujar Mentan.

Menurut PJ Gubernur Provinsi Aceh, Achmad Marzuki pada saat membuka PEDA Aceh, Kamis (11/5/2023) di Halaman Unit Diklat Pertanian dan Perkebunan Saree mengatakan bahwa kegiatan ini bukan hanya kepentingan untuk persiapan Penas saja, tapi juga untuk kemajuan pertanian, perkebunan dan kelautan Aceh dari hulu hingga hilir.

“Melalui kegiatan ini kita harapkan akan ada komunikasi dan pertukaran informasi agar para petani dan nelayan mendapatkan hal-hal baru. Penggunaan teknologi untuk kegiatan pertanian menjadi sebuah keniscayaan di era sekarang agar kualitas dan kuantitas produk lebih meningkat, ujarnya.

Achmad Marzuki mengajak penyuluh untuk mendampingi petani dan nelayan agar lebih baik dan maju.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi pada saat menghadiri PEDA Aceh dalam arahannya menyampaikan bahwa

PENAS Petani Nelayan XVI merupakan momen yang sangat tepat untuk bersilaturahmi dan berkomunikasi langsung dengan Presiden dan pastinya petani nelayan sangat berharap akan mendapatkan arahan langsung dari Presiden Joko Widodo.

Selain mendapatkan arahan presiden diharapkan juga dapat melakukan unjuk gigi terkait hasil karya dan karsa para petani. Ini merupakan momen dan kesempatan untuk berkomunikasi dengan Gubernur, Bupati/Walikota, karena keberhasilan pembangunan pertanian didaerah ada di pundak mereka, ujar Kabadan Dedi.

Dedi menambahkan, Gelar Teknologi (Geltek) pada PENAS kali ini harus berbeda dari PENAS sebelumnya, karena Geltek ini ibaratnya display Penas, maka harus ada sesuatu yang dibanggakan. Susun skenario mindset teknologi yang dapat dilihat, dipegang dan dirasakan oleh Presiden. Diharapkan melalui PENAS Petani-Nelayan XVI Program Genta Organik juga sudah dapat diterapkan secara masive di seluruh Indonesia. Menjaga kelangsungan sumber daya alam tak kalah pentingnya dengan peningkatkan produktivitas sektor pertanian. Keduanya saling berkaitan dan menjadi kunci dalam keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia.

Maka, setiap daerah harus ikut gotong royong mensukseskan Genta Organik dalam rangka mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan memperbaiki kesuburan tanah. Salah satu cara memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Dengan demikian, produksi pertanian bisa ditingkatkan dan pencemaran lingkungan bisa ditekan, tutup Dedi. (NF)