Ada tujuh paket teknologi yang diterapkan, ujar Deni. Diantaranya adalah Penentuan waktu tanam berdasar kalender tanam; Penggunaan bahan organik atau membuat pupuk organik/MOL; Penggunaan perangkat uji tanah sawah untuk menentukan dosis pupuk dasar (pupuk P) serta N dan K; Penggunaan bibit unggul, rendah emisi dan bermutu (melakukan uji benih); Penggunaan bibit usia muda tanam jajar legowo dengan 2-3 bibit atau lubang pada kondisi macak-macak; Penerapan Pengendalian OPT Terpadu untuk preventif; Kegiatan pengukuran emisi di lapang; dan Teknologi irigasi intermittent dan alternate wet and drying (AWD) di lahan padi sawah
Selain itu, ada juga kegiatan rembug dan kursus tani untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi, menerima penyuluhan mengenai teknologi CSA kemudian berdiskusi guna pemecahan masalah. Saat ini dukungan teknologi CSA melalui rembug tidak hanya secara teori saja, tapi penyuluh juga memberikan demonstrasi dan praktek, urainya.
Semua permasalahan yang ada di lapangan dapat dipecahkan pada kegiatan tersebut. Sebagai contoh, permasalahan pemupukan dan bagaimana kondisi lahan sawah saat ini. Persoalan ini dapat dijawab dengan praktek penggunaan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Hasil uji tanah sawah akan meningkatkan pengetahuan petani tentang kadar unsur hara pada tanah sawah yang diuji serta menggugah kesadaran petani supaya mengambil langkah pemupukan berimbang. Dari praktek PUTS petani menjadi tahu dosis yang direkomendasikan serta meninggalkan cara penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, jelas Deni.
Tinggalkan Balasan