JAKARTA – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menyebar di sebagian wilayah Indonesia, 18 Provinsi dan 180 Kab/Kota. Berdasarkan data per 12 Juni 2022, dari 140.298 ternak yang sakit, sebanyak 36.924 dinyatakan sembuh.
Kementerian Pertanian melalui unit-unit kerjanya melakukan langkah solutif untuk mengatasi PMK. Di antaranya dengan mengadakan Posko, Tata Kelola lalu lintas ternak, bantuan obat, vitamin, vaksinasi, pelatihan-pelatihan dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta masyarakat tidak panik menanggapi kondisi tersebut.
“PMK dapat ditangani, tidak perlu panik. PMK dapat disembuhkan dengan tingkat kematian yang relatif rendah. PMK tidak membahayakan manusia, dengan daging manusia bisa dikonsumsi dengan protokol pemotongan yang baik,” ujar Mentan Syahrul.
Langkah solutif dan antisipatif telah ditempuh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), yang secara teknis dilaksanakan oleh UPT Pelatihan dan Pendidikan Pertanian.
Seluruh komponen di bawah BPPSDMP wajib turun, terutama tenaga medik dan paramedik, untuk peran aktif menanggulangi penyebaran PMK. “Semua harus turun ke lapangan,” seru Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi.
Untuk segera memutus penyebaran PMK, sebanyak 86 kegiatan telah diselenggarakan BPPSDMP di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan tersebut dilakukan dalam bentuk Pelatihan, Bimbingan Teknis, Sosialisasi, Pendampingan, Webinar, Desinfektan Kandang, Vaksinasi, hingga Pengobatan Hewan Ternak.
Melalui UPT Pelatihan BPPSDMP khususnya yang bergerak di subsektor peternakan dan Kesehatan hewan, telah dilaksanakan berbagai pelatihan untuk pencegahan dan penanggulangan PMK dilakukan secara offline dan online, terutama di wilayah wabah PMK.
“Secara offline, Pelatihan Pengendalian dan Penanganan PMK telah dilaksanakan di wilayah Mojokerto Jawa Timur, Jawa Barat meliputi Depok, Bogor, Depok, dan Tangerang serta Bangka Tengah dengan total peserta mencapai 160 orang, “terang Dedi.
Pelatihan penanggulangan ini diberikan oleh dokter hewan dan medik veteriner yang dibantu oleh berbagai unsur mulai dari pemerintah, tokoh mayarakat, dan mahasiswa.
Sementara, Pelatihan Vaksinasi juga diselenggarakan di Kota Batu dengan sasaran peserta terdiri dari dokter hewan, paramedik, dan mahasiswa FKH Surabaya dan Malang. Diharapkan dengan pelatihan ini dapat memperlengkapi peserta pelatihan untik menjadi tenaga vaksinator cadangan yang berkompeten. Sedangkan di wilayah Mojokerto telah diselenggarakan pemberian Vitamin C dan perlakuan desinfektan total di 28 wilayah.
Pelatihan tidak hanya Jawa Barat dan Jawa Timur sebagai wilayah terdampak terbanyak, UPT Pelatihan Binuang dan Kupang bergerak menyelenggarakan Pelatihan dan Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian PMK untuk wilayah Kalimantan hingga Provinsi NTT, khususnya Kota Kupang.
“Sembilan UPT Pendidikan Pertanian juga memberikan kontribusi nyata terhadap pengendalian penyebaran PMK. Mulai dari memberikan pelatihan pengendalian hingga menyediakan tambahan tenaga vaksinasi dengan melatih mahasiswa, serta pemberian vaksinasi dua gelombang dengan target 100 dan 200 ekor per hari di wilayah Dinas Peternakan Kota/Kab Malang,” kata Dedi lagi.
Dedi menambahkan jika BPPSDMP akan memanfaatkan berbagai kegiatan transfer of knowledge untuk mendukung upaya penanggulangan PMK. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat meningkatkan kompetensi peserta dalam pengendalian dan pemberantasan PMK sekaligus mengurangi penyebaran.
“Untuk menanggulangi PMK ada berbagai cara, ada berbagai teknik, ada berbagai pendekatan. Jadi pelatihan ini sangat penting dan urgent,” ujarnya.
Pelatihan secara online untuk pencegahan dan pengendalian PMK diantaranya melalui webinar. Sebanyak 22.278 orang mengikuti pelatihan melalui zoom dan Youtube, dan 12.478 orang mengikuti Pelatihan online Vaksinasi PMK. Sedangkan diseminasi pencegahan dan Pelatihan PMK melalui Program-program Utama BPPSDMP diantaranya melalui Bertani On Cloud, MSPP dan MAF yang diikuti sebanyak17.646 peserta. (NF)