El Nino merupakan fenomena kering dimana curah hujannya itu lebih kering dari biasanya. Yang disebut dari biasanya itu rata-rata curah hujan selama 25 tahun, kalo El Nino itu lebih kering dibandingkan dengan rata-rata selama 25 tahun itu, jelas Kabadan Dedi.

Sejak awal tahun ini BMKG telah menyampaikan bahwa El Nino akan terjadi pada Mei 2023 dan ini akan berdampak pada sektor pertanian. BMKG memperingati kita, pada Mei dan Juni merupakan El Nino lemah, sedangkan pada Agustus merupakan puncak El Nino. Pertanian tidak boleh bersoal, manusia punya akal untuk mengantisipasi kekeringan yang melanda sektor pertanian”, tegasnya.

Sedangkan menurut Narasumber Ngobras Elza Surmaini, merupakan Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN mengatakan salah satu penyebab penurunan produksi pangan adalah kekeringan yang merupakan dampak kejadian iklim ekstrim. Kekeringan berlangsung hampir setiap tahun dan intensitasnya meningkat tajam pada kondisi El Nino.

“Sebaliknya, pada saat El Nino terjadi peningkatan luas tanam karena turunnya tinggi muka air terutama pada lahan rawa lebak”, ujarnya.