Haji Sanap juga mengenang masa kecilnya ketika ia harus melewati rawa-rawa yang saat itu sebagian besar masih berupa hutan. Ia merasa ngeri setiap kali melintasi daerah tersebut, terutama karena kendaraan yang biasa digunakan kala itu hanyalah sepeda. Di sekitar Rawa Bangke juga terdapat pabrik es yang kini telah berubah menjadi pasar batu akik.

Perubahan Nama Rawa Bangke dan Upaya Revitalisasi

Seiring berjalannya waktu dan semakin padatnya penduduk, rawa-rawa tersebut mulai dijadikan perkampungan. Untuk menghilangkan kesan seram dari masa lalunya, kawasan ini kemudian diubah namanya menjadi Rawa Bunga. Nama baru ini diharapkan dapat membawa citra yang lebih positif dan menyenangkan.

Di sekitar Rawa Bunga, terdapat sebuah musala yang dibangun oleh Datuk Biru, yang dikenal selalu mengenakan pakaian berwarna biru. Menurut cerita rakyat, Datuk Biru adalah pengikut Pangeran Mataram yang menyerbu Batavia pada tahun 1629. Musala ini dikelilingi oleh banyak pohon sawo, menambah nuansa asri di kawasan tersebut.

Penutup

Rawa Bangke, dengan segala sejarah dan cerita rakyatnya, merupakan bagian penting dari warisan budaya Jakarta. Meskipun dulunya dikenal sebagai tempat yang seram dan angker, perubahan nama menjadi Rawa Bunga menunjukkan upaya masyarakat dan pemerintah untuk memperbaiki citra kawasan ini. Dengan demikian, Rawa Bunga kini dapat dikenang tidak hanya karena sejarah kelamnya, tetapi juga sebagai simbol transformasi dan harapan baru.