SULSEL – Optimasi penggunaan pupuk menjadi salah satu target program Stategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP). Lewat program yang diinisiasi Kementerian Pertanian ini, para petani diarahkan untuk seoptimal mungkin menggunakan pupuk organik.
Program yang diintensifkan antara lain pelatihan pembuatan pupuk kompos. Salah satunya di Kelompok Tani Siamaseang, Desa Marannu, Kecamatan Mattiro Bulu Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Pemimpin Pertanian Kecamatan (PPK) Mattiro Bulu, Azis Thaba memaparkan, terbatasnya kuota pupuk bersubsidi yang diberikan oleh Pemerintah Pusat pada beberapa tahun terakhir, serta menjadi peningkatan harga pupuk non subsidi, permasalahan klasik para petani.
“Bukan hanya petani di Pinrang, tetapi juga di seluruh petani yang berada di wilayah Republik Indonesia,” kata dia melalui keterangan tertulisnya, Senin (5/9).
Olehnya itu, pelatihan pembuatan kompos berbahan jerami Sabtu lalu menjadi solusi terbaik untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani. Termasuk program kehadiran seperti SIMURP yang memang sangat membantu para petani.
Aziz menambahkan, jerami dipilij karena stoknya yang tersedia banyak pada lahan petani. Di samping itu, 70% dari pupuk yang digunakan petani pada pertanaman sebelumnya, diserap dan disimpan oleh jerami.
“Kami berharap para petani secara perlahan mulai beralih menggunakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan, dan berkearifan lokal pada tanaman padinya,” tambah Aziz.
M. Rais, petani milenial yang menjadi salah satu peserta dari pelatihan, memberikan apresiasi dan menyambut baik dengan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi dirinya, juga bagi petani lainnya.
“Sebagai petani, saya menyambut baik dan berterima kasih kepada Program SIMURP dari Kementerian Pertanian yang telah melaksanakan pelatihan pembuatan pupuk kompos ini,” ucap M. Rais.
Petani yang juga bertambah sebagai Kepala Dusun ini menambahkan bahwa dengan adanya pelatihan ini, wawasannya pada ilmu pertanian yang luas dan menjadikan keinginannya untuk terus terjun sebagai petani yang bersemangat.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) sangat mendukung Program SIMURP, karena melalui CSA yang ramah lingkungungan terbukti dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, meningkatkan Intensitas Pertanian (IP), serta menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Yang paling penting adalah CSA dapat meningkatkan kesejahteraan petani terutama di Daerah Irigasi (DI) atau Daerah Rawa (DR), ujar Mentan SYL.
Melalui Program SIMURP diharapkan penerima manfaat SIMURP dapat meningkatkan produksi dan produktivitas dengan penggunaan air yang efisien serta tanpa bergantung pada kondisi iklim yang berubah.
Hadirnya Program SIMURP diharapkan mampu mengembangkan kemampuan manajerial penyuluh dan pengelola di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), ujar Mentan SYL lagi.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi, akan terus mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan dengan memaksimalkan BPP Kostratani sebagai acuan untuk menciptakan pertanian yang tangguh menghadapi krisis iklim.
Kostratani merupakan penguatan peran dan fungsi BPP yang berbasis teknologi informasi serta mampu memberikan contoh dalam penerapan teknologi CSA. Ini tentunya membutuhkan SDM yang berkualitas. Kostratani diharapkan dapat meningkatkan kualitas pangan dan membangun pertanian kita untuk masa mendatang, ujar Dedi. (NF)
Tinggalkan Balasan