GOWA – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus meningkatkan produksi pangan dengan program perluasan areal tanam (PAT) melalui pompanisasi dan peningkatan lahan rawa.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan prioritas pemerintah saat ini adalah meningkatkan produksi padi dan jagung untuk mencegah krisis pangan di Indonesia sekaligus komitmennya dalam menjaga kedaulatan pangan nasional.
“Kami berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan sektor pertanian serta kesejahteraan petani di Indonesia,” ujar Menteri Amran
Amran beralasan bahwa Langkah tersebut diambil pemerintah dalam upaya antisipasi darurat pangan.
“Penurunan luas tanam tentu berdampak langsung pada hasil panen dan produksi padi. Saat ini, pemerintah telah melakukan upaya memperluas lahan tanam melalui program pompanisasi air sungai di 11 provinsi.” Ungkapnya
Plt. Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa, situasi dunia dalam kondisi tidak menentu, ada sekitar 60 negara mengalami krisis pangan dan 900 juta penduduk dunia terdampak krisis.
Maka menurut Dedi Indonesia dengan kondisi saat ini wajib swasembada pangan “memenuhi kebutuhan beras dari keringat sendiri, dari petani kita sendiri dari lahan kita sendiri” ungkap Dedi saat membuka Milenial Agriculture Forum (MAF) Volume V Edisi 27 secara daring pada Sabtu, 3 Agustus 2024.
Kementan saat ini kata Dedi sudah mencanangkan program Perluasan Area Tanam (PAT) sebagai antisipasi darurat pangan nasional.
“Strategi yang perlu dilakukan salah satunya perluasan tanam dan meningkatkan indeks pertanaman (IP) di lahan rawa dan lahan tadah hujan agar produksi beras kembali melimpah” ungkap Dedi.
Untuk program optimasi lahan misalnya dengan memperbaiki sarana seperti tanggul, gorong-gorong dan saluran irigasi lainnya. Sedangkan pompanisasi menurut Dedi, dilakukan untuk mengairi sekitar 4 juta hektar lahan tadah hujan dari total sekitar 7,4 juta hektar lahan sawah yang ada di Indonesia.
Sehingga lahan tadah hujan yang tadinya ditanam hanya sekali saat musim hujan saja, dengan adanya pompanisasi dapat dua hingga tiga kali tanam setiap tahunnya.
Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa Detia Tri Yunandar yang juga turut memberikan sambutan mengatakan bahwa Polbangtan Gowa turut aktif terlibat menyukseskan program produksi pangan melalui perluasan areal tanam sebagai strategi antisipatif krisis pangan.
Bahkan guna menyukseskan program tersebut Polbangtan Gowa menerjunkan mahasiswanya di 24 Kabupaten dan kota di provinsi Sulawesi Selatan. Melakukan pendataan maupun pendampingan program.
Salah satu narasumber MAF Idham yang juga mahasiswa Tingkat III Polbangtan Gowa bercerita ia saat ini bertugas melakukan pendampingan kepada petani di Kabupaten Luwu Timur.
“Kami mahasiswa Polbangtan Gowa turut berperan dalam menyukseskan program Kementan. Di lapangan kami mendata kondisi lapangan, jumlah pompa, serta mendata luas area tanam setiap daerah” ungkap Idham.
MAF yang digelar Polbangtan Gowa hari ini (03/08) mengambil tema peningkatan produksi beras dalam rangka antisipasi darurat pangan dihadiri ratusan peserta baik akademisi, petani, penyuluh maupun mahasiswa. MAF tersebut menjadi ajang diskusi dan berbagi wawasan serta perspektif dari pemerintah daerah, akademisi dan mahasiswa.
Kepala Dinas Pertanian dan tanaman Pangan Kabupaten Bulukumba Muh. Thaiyeb Maningkasi yang turut menjadi narasumber mengungkapkan bahwa Kabupaten Bulukumba saat ini juga turut dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan khususnya padi.
“Ada tiga tantangan penyebab darurat pangan di Bulukumba seperti iklim dan cuaca, alih fungsi lahan serta peningkatan populasi penduduk yang terus bertambah” ungkap Thaiyeb.
Sehingga Bulukumba selain ikut terlibat dalam program pompanisasi, juga mengandalkan beberapa program seperti memaksimalkan pupuk bersubsidi, memberikan bantuan sarana prasarana, permodalan, pengembangan varietas unggul, pengembangan SDM dan teknologi Pertanian.
Kaharuddin yang juga Dosen Polbangtan gowa turut memberikan sebuah Solusi terhadap Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi.
“Dibutuhkan Tindakan adaptasi mitigasi perubahan iklim, sebab budidaya padi merupakan sumber Gas Rumah Kaca (GRK) besar seperti CO2, CH4 dan N2O, sehingga tanaman padi selain contributor sekaligus penerima dampak” jelas Kahar.
Dalam MAF Kahar mengungkapkan contoh teknologi yang bersinergi antara produksi pangan dengan adaptasi serta mitigasi. Pertama, teknologi unggul seperti irigasi terselang, pupuk berimbang, organic farming, penggunaan kalender tanam, rotasi tanam dan pemetaan wilayah pengembangan komoditas.
Kedua, tindakan adaptasi seperti efisiensi air irigasi, meningkatkan vigor dan daya tahan penyakit, memperbaiki struktur tanah serta mengurangi ledakan OPT.