hainews.co.id – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Kementerian Perhubungan merencanakan relokasi Patung Jenderal Sudirman, salah satu ikon ibu kota, dari lokasi lamanya di Jalan Jenderal Sudirman ke titik baru di perbatasan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan M.H. Thamrin.
Rencana ini merupakan bagian dari penataan kawasan dalam skema Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas, sekaligus upaya untuk memperjelas tampilan patung yang selama ini mulai terhalang oleh gedung-gedung tinggi di sekitarnya.
“Patung itu nantinya bisa benar-benar dinikmati oleh warga Jakarta, terutama saat lalu lintas sedang padat. Dengan penataan baru, tampilannya akan lebih baik dan akan ditempatkan di lokasi yang lebih strategis,” ujar Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, Selasa (7/10/2025).
Patung Jenderal Sudirman, yang diresmikan pada 16 Agustus 2003, telah menjadi landmark penting di kawasan Dukuh Atas. Sosok sang jenderal digambarkan berdiri tegap, mengenakan seragam perang dan mengangkat tangan kanan dalam salam hormat, lengkap dengan tongkat komando. Patung ini memiliki tinggi total sekitar 11 meter, termasuk bagian penyangga, dan terbuat dari perunggu dengan berat mencapai 4 ton.
Berada di salah satu jalur tersibuk ibu kota, patung ini setiap hari disaksikan oleh ribuan orang dari berbagai moda transportasi. Namun, seiring berkembangnya infrastruktur kota dan menjulangnya bangunan-bangunan tinggi di sepanjang koridor Sudirman, visual patung semakin sulit dinikmati dari beberapa sudut pandang. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan utama dilakukannya relokasi.
Siapa Pengukir Patung Jenderal Sudirman?
Seiring dengan rencana pemindahan ini, publik mulai kembali menaruh perhatian pada sosok di balik karya monumental tersebut: Edi Sunaryo, seniman asal Bandung. Ia adalah perupa yang dikenal dalam dunia seni rupa Indonesia, khususnya di bidang patung dan instalasi publik.
Pengerjaan patung ini dimulai pada awal 2000-an, didanai oleh keluarga besar Jenderal Sudirman sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa sang pahlawan nasional. Setelah rampung, patung tersebut diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso (2003–2004).
Meski selama ini nama sang pengukir kerap luput dari sorotan publik, rencana relokasi patung telah kembali mengangkat peran penting Edi Sunaryo dalam merancang karya penuh nilai historis, simbolik, dan artistik tersebut.
Relokasi Patung Jenderal Sudirman tak hanya soal aspek visual, tetapi juga bagian dari pengembangan tata kota Jakarta berbasis integrasi transportasi dan ruang publik. Kawasan Dukuh Atas sebagai simpul TOD menjadi fokus utama, di mana berbagai moda transportasi seperti MRT, LRT, TransJakarta, dan KRL terintegrasi dengan ruang-ruang kota yang lebih manusiawi dan representatif secara budaya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan akan memastikan bahwa relokasi patung dilakukan dengan memperhatikan aspek teknis, estetika, serta makna sejarah yang melekat pada monumen tersebut.
Tinggalkan Balasan