“Sebagai upaya dalam menghadapi perubahan iklim akibat dari pemanasan pelatihan global, maka perlu melakukan peningkatan SDM melalui pelatihan agar wawasan petani dapat bertambah terutama tentang pembuatan pupuk organik,” kata Andi Tjalo.
Dia melanjutkan, dalam kegiatan CSA ini, didalamnya terdapat pelatihan-pelatihan pupuk organik dan pestisida nabati termasuk rekomendasi penggunaan varietas yang hanya berproduksi tinggi, tetapi juga rendah emisi untuk mengurangi pemanasan global
“Pada ini, para petani akan diajarkan cara membuat pupuk organik yang bahan utamanya dari jerami. Jadi setelah panen, jeraminya tidak boleh digunakan lagi untuk menjaga lingkungan tetap terjaga,” jelasnya.
Jika para petani sudah mampu untuk membuat pupuk kompos, lanjut dia, maka kekurangan pupuk yang dialami oleh petani selama ini akan mulai teratasi. “Dan lahan kembali menjadi pinggiran sebagai dampak dari penggunaan pupuk kompos tersebut,” ujarnya lagi.
Hal ini sejalan dengan Arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) yang terus mendorong inovasi pertanian yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim. Menurutnya, Kementerian Pertanian (Kementan) harus bisa membaca perubahan iklim dan beradaptasi diantaranya melalui teknologi Climate Smart Agriculture (CSA) Program SIMURP.
5 Komentar