Dorong Pilot Project, CSA Kemenentan Sukses Optimalisasi Teknologi Pertanian di Subang

Subang
Acara Scalling Up CSA Expo SIMURP di Kabupaten Subang, Senin (10/10/2022)

Subang – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong peningkatan Indeks Pertanaman (IP) padi melalui teknologi Climate Smart Agriculture (CSA) pada program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP). Selain itu, penerapan CSA juga sangat mempengaruhi produktivitas dan ketahanan tanaman padi terhadap dampak perubahan iklim, mengurangi resiko gagal panen, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, terutama di Daerah Irigasi dan Daerah Rawa lokasi SIMURP.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo berharap para penerima manfaat Program SIMURP dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian.

Melalui pertanian cerdas iklim atau CSA Program SIMURP, petani diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatannya.

CSA terbukti mampu membantu ribuan para petani di daerah. CSA berhasil melahirkan petani-petani cerdas yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim yang selalu berubah-ubah”, ujar Mentan SYL.

Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi, menegaskan bahwa Program SIMURP utamanya ditujukan untuk membangun resiliensi ketangguhan pertanian Indonesia terhadap kondisi iklim yang terus berubah saat ini. Program SIMURP terintegrasi pada tiga Kementerian atau Lembaga, yaitu Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian PPN atau Bappenas.

“Teknolofi CSA merupakan kunci andalan SIMURP dan memiliki dampak yang positif untuk pertanian. CSA SIMURP bisa meningkatkan produktivitas produksi tanaman dan pendapatan petani” tegas Dedi.

Hal senada diungkapkan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Bustanul Arifin Caya, menurutnya kegiatan SIMURP mampu meningkatkan produktivitas dan penurunan gas rumah kaca.

“Kegiatan SIMURP sekaligus sebagai penguatan fungsi penyuluhan.  Dengan kegiatan yang dibiayai SIMURP memberikan kontribusi dalam mendukung pembangunan pertanian. Selain terus melakukan penguatan sinergi, koordinasi dan sinkronisasi lintas Kementerian untuk bekerja bersama dalam pembangunan pertanian”, ungkap Bustanul.

Sebagai penerima Program SIMURP dan menjadi pilot project, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang dengan demplot raksasa terluas di Jawa Barat yakni 50 Hektar, terus mengintensifkan peningkatan kapasitas SDM pertanian setempat, juga pengoptimalan penggunaan alat pertanian yang bertujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Maka dilaksanakan penerapan teknologi CSA SIMURP TA. 2022 pada Demplot Raksasa Scalling Up seluas 50 hektar yang didanai oleh Program SIMURP.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Nenden Setyawati dalam acara Scalling Up CSA Expo SIMURP, Senin (10/10/2022) berharap dengan adanya scalling up CSA dari SIMURP ini seluruh petani dapat menggunakan mekanisasi, modernisasi dan teknologi yang tersedia, kedepannya juga agar diimplementasikan selepas pilot project ini selesai.

“Saya berharap selanjutnya kami dapat terus bersinergi bersama Muspika dan Muspida untuk menerapkan teknologi mekanisasi dan modernisasi ini”.

Sementara itu Ketua KTNA Jawa Barat, Otong Wiranta, juga selaku petani pelaksana kegiatan SIMURP Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang, merasakan manfaat teknologi CSA pada penerapan mekanisasi pertanian dalam pengelolaan budidaya padi. Menurutnya hal itu perlu diterapkan agar para petani paham betul dalam implementasinya.

“Saat ini tenaga kerja untuk panen sulit didapatkan, maka dengan adanya scalling up SIMURP ini sangat terbantu dengan disesuaikan pada kebutuhan pengolahan di lapangan” tambah Otong.

Di Kecamatan Patokbeusi terdapat dua kelompok tani, yakni Kelompok Tani Cikal Bakal dan Cikal Jaya. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Tani Cikal Jaya, Yadi, menjelaskan manfaat dari demplot salah satunya dengan adanya light trap yaitu lampu perangkap hama sangat membantu dapat memudahkan kendalikan hama padi seperti wereng dan lain-lain.

“Obat hama yang mahal harganya yang selama ini kami gunakan  jadi sangat berkurang pemakaiannya, karena adanya light trap tersebut, pungkasnya. (NF)