Selama tinggal di Ubud, ia melihat ada banyak pementasan Calonarang yang berbeda.
“Saya melihat banyak hal yang belum dilihat sebelumnya dan mau berbagi pengalaman itu dengan teman-teman Jakarta, sangat luar biasa. Diskusi demi diskusi membawa ini kepada keputusan menampilkan Calonarang,” sambungnya.
Di Bali, acara kebudayaan Calonarang kerap digelar secara rutin. Calonarang diselenggarakan dengan berbagai macam alasan, ada yang sifatnya hajatan, pembersihan suatu wilayah sampai keluarga tertentu.
Happy Salma menceritakan ide mengenai pertunjukan Sudamala: Dari Epilog Calonarang itu terlintas tahun lalu usai menggelar Taksu Ubud di Bali.
“Usai pementasan, Cokorda Gde Bayu memperlihatkan katalog Exposition Coloniale Internationale Paris 1931. Pada perhelatan yang diselenggarakan kaum kolonial itu, Calonarang tampil di Paris selama 6 bulan bersama Legong dan Janger. Hal tersebut semakin memantik keberanian kami untuk membuatnya,” kata Happy Salma.
Dengan bimbingan dari budayawan Tjokorda Raka Kerthyasa yang juga adalah ayah mertuanya, mereka pun diarahkan bertemu dengan beberapa maestro seni tradisi dan pertunjukan di Bali.
1 Komentar