Bahaya flexing ternyata bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. Apa itu flexing? Flexing adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku seseorang yang memamerkan kekayaan atau kemewahan mereka kepada orang lain.
Perilaku ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memperlihatkan status sosial dan keberhasilan finansial mereka.
Bentuk dari flexing ini bisa berupa menunjukkan barang-barang mewah seperti mobil, perhiasan, atau barang-barang branded, atau bisa juga berupa cerita tentang pengalaman hidup yang mewah dan bergengsi.
Flexing sering kali menjadi perdebatan di kalangan masyarakat karena dinilai kurang sopan dan terkesan merendahkan orang lain yang tidak memiliki kemampuan finansial yang sama.
Namun, di sisi lain, beberapa orang menganggap flexing sebagai bentuk motivasi dan inspirasi untuk meraih keberhasilan finansial yang sama.
Namun, perlu diingat bahwa kekayaan materi bukanlah satu-satunya ukuran keberhasilan seseorang. Kebahagiaan dan kesuksesan tidak selalu diukur dari kemewahan dan kekayaan, melainkan dari kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup.
Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak terlalu terjebak dalam budaya flexing dan sebaiknya fokus pada pencapaian tujuan hidup yang lebih substansial dan berarti bagi diri kita sendiri dan orang lain.
Bahaya Flexing Bagi Kesehatan Mental
Flexing atau pamer kekayaan di media sosial dapat membawa bahaya serta dampak buruk pada kesehatan mental seseorang.
Ketika seseorang sering membandingkan dirinya dengan orang lain yang tampak lebih sukses dan kaya, hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan rendah diri. Hal ini dapat memicu rasa cemas, stres, dan depresi.
Tak hanya itu, bahaya flexing juga dapat memicu keinginan untuk terus membeli barang-barang yang tidak perlu hanya untuk menunjukkan kekayaan dan status sosial.
Hal ini dapat membuat seseorang terjebak dalam siklus hutang dan keuangan yang tidak sehat.
Selain itu, terlalu memfokuskan perhatian pada hal-hal materi juga dapat mengabaikan nilai-nilai kehidupan yang lebih berarti seperti hubungan sosial dan spiritual.
Hal ini dapat mengganggu keseimbangan hidup dan merusak kesehatan mental seseorang.
Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak terlalu terjebak dalam budaya flexing dan memprioritaskan kesehatan mental dan keseimbangan hidup yang lebih sehat dan berarti.