JAKARTA – Antonius Benny Susetyo, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi poros tatanan baru dalam perdamaian dunia.
“Pancasila, ideologi negara yang dimiliki oleh Indonesia, bisa menjadi kekuatan alternatif untuk menciptakan tata dunia baru, yakni humanisme,” ucapnya, Rabu, (21/9/2022).
Menurutnya tatanan dunia baru adalah teori konspirasi yang menyatakan sebuah periode bersejarah yang mengubah secara drastic dunia serta pemegang kuasa di dunia. Tata dunia baru ini diyakini melibatkan satu atau lebih kelompok elite yang berusaha mengatur dunia melalui salah satu sistem pemerintah global.
“Daya tarik dalam tata dunia baru ini adalah berpotensi mengakhiri perang serta sengketa politik, menghapus kemiskinan, sakit penyakit, dan kelaparan, dengan tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan serta harapan segenap umat manusia melalui perdamaian global,” tuturnya.
Oleh karena, sambungnya, dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) Tahun 1945 alinea keempat, menyatakan tujuan dari negara Indonesia, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Dalam konstitusi Indonesia, negara ini memiliki fokus, selain untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia sendiri, untuk berpartisipasi aktif melaksanakan dan menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan pada kemerdekaan bangsa dan negara,” tandasnya.
Benny juga menambahkan bahwa momentum Indonesia sebagai presidium G20 tahun 2022 ini merupakan sebuah kesempatan emas bagi Indonesia untuk semakin menyuarakan dan menawarkan alternatif untuk membangun tatanan dunia baru.
“Indonesia bisa menjadi pemimpin negara untuk mewujudkan perubahan tata dunia baru yang berkeadilan dengan memperhatikan ekosistem alam dan peranan bangsa Indonesia sangat strategis dalam merumuskan kebijakan agar tata dunia baru ini memiliki keseimbangan dalam hal teknologi, komunikasi dan informasi,” pungkasnya. (***)