BPP Kokap yang Semakin Gemerlap

Kokap
Pelaksanaan acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) Volume 37, di BPP Kokap Kabupaten Kulon Progo, Jumat (13/10/2023). (Sumber: Humas Kementan).

KULON PROGO – Balai Penyuluhan Pertanian atau biasa disebut BPP merupakan tempat pertemuan dan koordinasi antara penyuluh pertanian, pelaku utama dan pelaku usaha yang berfungsi untuk menyelenggarakan penyuluhan pertanian di kecamatan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2022 tentang Penguatan Fungsi Penyuluhan Pertanian, BPP dibentuk dan ditetapkan disetiap kecamatan potensi pertanian oleh Bupati/Walikota dan dikepalai oleh seorang Koordinator BPP. BPP melaksanakan tugas dan fungsinya berkoordinasi dengan Camat setempat.

Pada acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) Volume 37, Jumat (13/10/2023) yang dilaksanakan secara langsung dari BPP Kokap Kabupaten Kulon Progo, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa pertanian berkontribusi nyata terhadap ketahanan ekonomi. Saat semua sektor kewalahan bertahan ditengah pandemi, pertanian mampu menyumbangkan pertumbuhan positif terhadap ekonomi Indonesia, ungkap Kabadan Dedi.

Pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan, bahkan menyumbangkan pertumbuhan positif. Bahkan Kabadan Dedi mengapresiasi kinerja para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai pendamping para petani. Ia berharap PPL dapat berperan sebagai panduan langsung bagi petani bekerja.

“Jadilah penyuluh yang bermanfaat, sahabat para petani, karena pertanian menjadi sektor paling dan menunjung kehidupan terutama di wilayah Kokap ini”, imbuhnya.

“Meskipun dengan segala keterbatasan, medannya yang naik turun, namun para penyuluh tetap bersemangat menjalankan tugasnya. Tidak heran jika BPP Kokap ini menjadi BPP Berprestasi tingkat Provinsi di Yogyakarta”, ujar Kabadan Dedi kembali.

Hadir pada acara MSPP, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Bustanul Arifin Caya yang mengatakan optimalisasi lima peran BPP. Yaitu tersedianya data dan informasi diantaranya adalah data potensi wilayah, data penyuluh pertanian. Selain itu juga terjalinnya sinergitas kegiatan pembangunan pertanian, terlaksananya pembelajaran usaha tani serta terlaksananya konsultasi agribisnis antara petani dan penyuluh pertanian.

Bentuk dukungan Pemerintah Pusat terhadap BPP salah satunya adalah dengan sarana dan prasarana IT agar BPP dapat terkoneksi dengan AWR di Pusat, bantuan dana untuk rehab pembangunan BPP dan juga pelatihan bagi penyuluh pertanian, ungkap Bustanul.

Bustanul juga mengapresiasi para penyuluh pertanian yang sudah bekerja keras selama ini.

“Motivasi penyuluh pertanian luar biasa untuk mendukung kegiatan pemerintah dalam mengawal dan mendampingi kegiatan pembangunan pertanian, ujar Bustanul lagi.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kab Kulon Progo, Trenggono Trimulyo mengatakan wilayah kabupaten kulon progo terbagi dalam beberapa wilayah dan wilayah kokap 90% nya wilayah perbukitan.

Untuk wilayah utara terdapat lahan pegunungan dengan lahan pertanian beras organik dari mata air, wilayah timur dengan penghasil kopi dan kakao, wilayah tengah daerah kawasan pantai dengan peternakan unggas, sedangkan wilayah selatan terdapat lahan pertanian hortikultura, jelas Trenggono.

Trenggono menambahkan bahwa untuk lahan pertanian 20 hektar menghasilkan 115 sampai 120 ton gabah kering dengan kebutuhan 36.000 sehingga ada surplus kurang lebih 40.000 ton.

Menurut Narasumber MSPP, Koordinator BPP Kokap, Yuliana Ambarwati menjelaskan saat ini petani untuk fokus pada budidaya belum maksimal karena kebanyakan kerja sampingan.

“Saat ini ada sekitar 148 gapoktan dengan 110 kelompok tani dan 38 kelompok tani wanita, tantangan yang dihadapi di wilayah Kokap yaitu wilayah perbukitan, sehingga banyak penyuluh yang bekerja dilapangan banyak yang jatuh karena banyaknya jalan bebatuan, urai Yuliana.

Narasumber lainnya yang merupakan petani binaan BPP Kokap, Tri Estiana berhasil mengembangkan gula semut dan produknya telah di ekspor. Dinamakan gula semut dikarenakan bentuk gulanya berbentuk seperti sarang semut.

Tri Estiana menjelaskan bahwa pengembangan gula semut dilakukan pada tahun 2010 dengan awalnya memproduksi gula kelapa. Pembuatan gula semut juga dilakukan secara tradisional, yakni dikerjakan sejumlah warga di rumahnya masing-masing.

Saat ini gula semut sudah di ekspor ke luar negeri melalui eksportir. Pemasaran gula semut belum bisa di ekspor sendiri karena biayanya sangat mahal. Maka Tri Estiana meminta agar Pemerintah bisa memfasilitasinya. Kolaborasi dengan UMKM lain terutama dengan pengelola-pengelola warung kopi di sekitar Kabupaten Kulon Progro juga dibutuhkan agar gula semut dapat lebih dikenal dimasyarakat. Semoga nantinya Kabupaten Kulon Progro bisa menjadi eksportir gula semut, imbuhnya. (HV/NF)