Event  

Menyambut Hari Raya Nyepi dengan Ogoh-Ogoh: Simbol Kekuatan Alam Semesta dalam Upacara Hindu Bali

Menyambut Hari Raya Nyepi dengan Ogoh-Ogoh
Menyambut Hari Raya Nyepi dengan Ogoh-Ogoh (Foto: Instagram @ogohogohdenpasar)

Apa itu ogoh-ogoh saat Hari Raya Nyepi? Ogoh-ogoh adalah patung raksasa yang dibuat oleh umat Hindu sebagai bagian dari perayaan Nyepi.

Perayaan ini dirayakan setiap tahun pada tanggal yang berbeda-beda sesuai dengan penanggalan Hindu.

Pada hari Nyepi, umat Hindu melakukan tradisi unik dengan menyepi atau berdiam diri selama 24 jam.

Mengutip dari laman resmi Desa Sangeh, Kabupaten Badung, ogoh-ogoh ini baru meluas sebagai rangkaian Nyepi di Bali mulai tahun 1980-an.

Semenjak saat itu, masyarakat di Denpasar mulai membuat ogoh-ogoh. Namun, budaya baru ini juga semakin meluas saat ogoh-ogoh mulai diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali XII.

Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung yang diarak keliling menjelang Hari Raya Nyepi dan melambangkan tokoh Hindu bernama Bhuta Kala.

Arakan ogoh-ogoh diiringi oleh gamelan Bali yang disebut bleganjur. Awalnya, ogoh-ogoh hanya terbuat dari bambu dan kayu, namun saat ini masyarakat Bali membuat ogoh-ogoh dari kerangka besi dan bambu yang dianyam serta dibungkus dengan styrofoam.

Setelah diarak, ogoh-ogoh dimusnahkan dengan cara dibakar dalam prosesi tawur agung kesanga.

Ogoh-ogoh ini juga sering digambarkan sebagai sebuah makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti naga, gajah, Widyadari, bahkan tokoh terkenal.

Fungsi Ogoh-Ogoh saat Hari Raya Nyepi

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, Ogoh-ogoh berasal dari kata “ogah-ogah” dalam bahasa Bali yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi tahun 1986, ogoh-ogoh didefinisikan sebagai ondel-ondel yang beraneka ragam dengan bentuk yang menyeramkan.

Fungsi ogoh-ogoh adalah sebagai representasi Bhuta Kala dan dibuat menjelang Hari Nyepi. Pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi, ogoh-ogoh diarak beramai-ramai keliling desa.

Proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat, termasuk kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia).

Kekuatan ini dapat mengantarkan manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran, tergantung pada niat luhur manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

Ogoh-ogoh sebenarnya tidak terkait langsung dengan acara Hari Raya Nyepi. Namun, patung tersebut tetap diizinkan dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara.

Umumnya, ogoh-ogoh ini nantinya akan diarak setelah upacara pokok selesai. Pawai ini nantinya akan diiringi irama bleganjur atau gamelan khas Bali.

Rangkaian acara pawai dengan ogoh-ogoh adalah sebagai berikut:

  • Para peserta upacara minum minuman keras tradisional (arak) sebelum acara dimulai.
  • Ogoh-ogoh diarak menuju sema atau tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan saat pembakaran mayat.
  • Setelah diarak keliling desa, ogoh-ogoh tersebut dibakar.