Cuci darah, juga dikenal sebagai hemodialisis, adalah prosedur medis yang digunakan untuk menyaring darah ketika fungsi ginjal seseorang tidak optimal.
Meskipun hemodialisis adalah metode yang efektif untuk menggantikan fungsi ginjal yang hilang, prosedur ini juga dapat menyebabkan beberapa efek samping.
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi selama atau setelah menjalani cuci darah.
1. Tekanan Darah Rendah
Efek samping paling umum dari cuci darah adalah penurunan tekanan darah.
Hal ini disebabkan oleh perubahan volume cairan dan penurunan pembacaan tekanan darah saat darah dialisis disirkulasikan melalui mesin hemodialisis.
Tekanan darah rendah dapat menyebabkan gejala seperti pusing, lelah, dan pingsan.
Penting bagi pasien untuk diperhatikan dengan seksama dan menginformasikan tim medis jika mereka mengalami gejala ini.
2. Anemia
Anemia, atau kadar hemoglobin yang rendah dalam darah, juga bisa menjadi efek samping yang sering terjadi setelah cuci darah.
Selama prosedur hemodialisis, sel darah merah yang sehat juga terfilter bersama dengan limbah dan kelebihan cairan. Ini dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah dalam darah, yang mungkin memicu anemia.
Pasien dengan anemia setelah hemodialisis mungkin akan merasakan kelelahan, sesak napas, dan penurunan ketahanan fisik.
3. Sakit otot dan Sendi
Beberapa pasien mungkin mengalami nyeri otot dan sendi setelah menjalani cuci darah.
Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan elektrolit dalam darah, sehingga mempengaruhi keseimbangan mineral dalam tubuh.
Selain itu, pasien yang memiliki kualitas air atau larutan dialisis yang buruk juga berisiko mengalami efek samping ini.
Memastikan kualitas air dan larutan dialisis yang baik dapat membantu mengurangi risiko nyeri otot dan sendi.
4. Infeksi
Infeksi adalah risiko yang bersifat umum setelah menjalani cuci darah.
Pasien hemodialisis biasanya memiliki akses vascular (misalnya kateter atau fistula) yang digunakan untuk mengeluarkan dan mengembalikan darah selama dialisis.
Akses ini dapat menyediakan jalan masuk bagi bakteri atau kuman lainnya, yang dapat menyebabkan infeksi.
Infeksi dapat memperburuk kondisi pasien dan memerlukan perawatan medis lebih lanjut.
Penting bagi pasien untuk menjaga kebersihan dan kebersihan lingkungan sekitar akses vascular untuk mengurangi risiko infeksi.
5. Masalah Jantung
Beberapa pasien cuci darah juga mungkin mengalami masalah jantung yang terkait dengan prosedur tersebut.
Pada beberapa kasus, perubahan volume cairan selama dialisis dapat menyebabkan stres pada jantung dan mempengaruhi fungsi jantung.
Pasien yang memiliki riwayat penyakit jantung mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah jantung setelah menjalani hemodialisis.
Penting bagi pasien cuci darah untuk menjaga komunikasi yang baik dengan tim medis agar pemantauan dan pengelolaan masalah jantung dapat dilakukan dengan baik.
Dalam kesimpulan, cuci darah adalah prosedur yang efektif untuk menggantikan fungsi ginjal yang hilang.
Namun, ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi sebagai respon terhadap prosedur ini.
Tekanan darah rendah, anemia, nyeri otot dan sendi, infeksi, dan masalah jantung adalah beberapa efek samping yang sering terjadi.
Penting bagi pasien untuk memahami dan mengatasi efek samping ini dengan bantuan tim medis agar mereka bisa menjalani cuci darah dengan lebih baik. ***